Sep 16, 2018

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BINGKAI MULTIKULTURAL Sebuah Bunga Rampai Kehidupan Sosial




Upaya mengentaskan kembali kajian cultural Weberian yang kemudian dilengkapi dengan spiritualitas Khaldunian, maka kajian antologi ini berupaya maksimal merekonstruksi nilai-nilai pendidikan karakter yang tersenandung dalam bingkai Multikultural sebagai ESQ Power. Pertama, sesungguhnya tipologi Manusia Ulil Albab dan Ulil Abshar merupakan tujuan utama berlangsungnya sebuah proses pendidikan. Dalam konteks ini, selain pendidikan itu harus diarahkan kepada upaya pengkaderan yang berorientasi manusia Ulil Albab, juga seyogyanya diarahkan kepada upaya melahirkan manusia-manusia Ulil Abshar.

Kedua, sehubungan dengan itu, kajian yang dielaborasi dari Sirah Perjuangan Nabi Muhammad SAW tampak di dalamnya menggambarkan sebuah paradigma pendidikan Profetik yang berlangsung pada diri seorang anak manusia yang dipersiapkan untuk menjadi pemimpin peradaban masa depan dunia. Dalam konteks ini, adalah sebuah paradigma Pendidikan Karakter berbasis ESQ Power yang dielaborasi dari Ary Ginanjar Agustian. Tulisan tersebut adalah dimaksudkan untuk membumikan aktualisasi pendidikan Enam Rukun Iman, Lima Rukun Islam dan Satu Ihsan, sehingga disebut sebagai paradigma 165. Hasilnya, selain secara transparan menempatkan Tuhan sebagai pusat orbit atau pusat gravitasi kecerdasan intelektual, emosional dan kecerdasan spiritual yang built in di dalam tubuh anak cucu adam itu sendiri, juga sebaliknya ke depan, tidak lagi melahirkan fir’aun-fir’aun modern yang membuat bangsa dan negara yang kaya raya SDA ini terpelanting menjadi bangsa dan negara yang under development.

Ketiga, untaian reflektif yang akhirnya menyusul terurai adalah memancar dari beberapa nilai budaya sebagai local wisdom yang menghuni Jazirah Sulawesi Tenggara. Semuanya menandaskan bahwa urgensi pendidikan karakter di tengah masyarakat kontemporer yang memancar dari jendela budaya tak bisa lagi ditawar dan ditanggalkan. Betapa tidak, kini anak manusia tengah berada dalam lingkaran kehidupan sosial yang sangat rentan dan rawan dengan aneka faktor eksternal yang membahayakan, sehingga amat dibutuhkan sebuah paradigma pencerahan alternatif yang strategis dan holistik. Tak pelak lagi, perilaku kleptokrasi dan kleptomania terus menggelegar seiring dengan aneka dekonstruksi sosial dalam konteks degradasi, inflasi moral, simbolistis keagamaan, demo anarkis, tawuran siswa dan pelajar serta aneka bentuk dekadensi moral lainnya yang mendebarkan.


No comments:

Post a Comment